BOYOLALI. Pengembangan industri garmen semakin mengarah ke bisnis yang terintegrasi dari hulu ke hilir. Pelaku industri ini membidik produksi bahan baku serat kain hingga masuk ke sektor retail yang berhubungan langsung dengan konsumen akhir.
Hal ini diikuti pula dengan aliran investasi dan pendirian pabrik baru serta perluasan fasilitas produksi Tekstil dan Produk Tekstil (TPT). Menurut Menteri Perindustrian Saleh Husin, investor dan pelaku bisnis menilai Indonesia tetap prospektif untuk penanaman modal jangka panjang.
“Rekan-rekan pelaku industri garmen yang sudah ada, yang existing, saya lihat semakin agresif berekspansi menambah pabrik dan memperluas pasar ekspor. Untuk industri padat karya seperti garmen, maka berarti lapangan kerja semakin banyak tercipta,” kata Menperin Saleh Husin pada peresmian pabrik garmen PT Eco Smart Garment Indonesia, anak usaha PT Pan Brothers Tbk di Boyolali, Jawa Tengah, Rabu (25/8/2015).
Sepanjang triwulan I 2015, investasi PMDN industri TPT naik 25,4 persen menjadi Rp 455,1 miliar dari periode yang sama 2014 yang sebesar Rp 362,8 miliar. Sedangkan untuk PMA tekstil sampai dengan triwulan I tahun 2015 investasinya mencapai USD 63 juta atau sekitar Rp 850,5 miliar.
Kemenperin mencatat, industri tekstil berperan sebagai penyumbang devisa, penyedia sandang nasional dan menyerap tenaga kerjasebesar 10,6% dari total tenaga kerja industri manufaktur.
Secara lebih luas, di Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) telah terdaftar investasi baru senilai Rp. 2.500 triliun yang menunjukan bahwa Indonesia merupakan negara yang sangat potensial secara ekonomi.
“Apalagi, sepanjang semester I 2015 ini cukup banyak investasi baru yang saya resmikan, sejumlah 15 industri yang tersebar di Bekasi, Cikarang, Cilegon, Bogor, Karawang, Garut, Gresik, Semarang, Boyolali, Palu hingga Morowali termasuk investasi baru PT. Eco Smart Garment ini,” ungkap Saleh Husin.
Menurut anggota DPR RI komisi VI Endang Srikarti Handayani yang turut hadir pada kunjungan ini, industri garmen yang berekspansi di daerah menyerap tenaga kerja massal. "Ini sekaligus mengurangi urbanisasi dan menumbuhkan ekonomi daerah," ujarnya.
INVESTASI PAN BROTHERS RP 459 MILIAR
Empat pabrik Eco Smart Garment Indonesia yang berlokasi di Klego dan di Sambi, Boyolali ini menyerap investasi USD 34 juta atau lebih kurang Rp 459 miliar. Jumlah tenaga kerjanya mencapai 12.000 orang.
Pabrik anyar ini melengkapi pabrik garmen perusahaan menjadi 17 unit selain pabrik yang telah beroperasi di Tangerang, Sukabumi, Bandung, dan Sragen. Pan Brothers menghasilkan produk untuk brand Jepang yang dikelola Mitsubishi, Adidas, The North Face, Calvin Klein, Hugo Boss, New Balance, Ferrari, dan lain-lain.
Perusahaan ini merupakan perusahaan garmen terbesar di Indonesia dan 100 persen produknya di ekspor. “Keberhasilan Pan Brothers menggandeng Mitsubishi harus diapresiasi karena sekaligus membuktikan pada dunia global bahwa Indonesia tetap prospektif untuk investasi industri tekstil dan lainnya,” papar Menperin.
Ke depan, lanjut Menperin, pemerintah berharap Pan Brothers membangun industri pakaian jadi di luar Jawa, mengingat Pan Brothers group merupakan industri terintegrasi dari hulu hingga hilir.
Menurut Vice CEO Pan Brothers Anne Patricia Sutanto, pihaknya berencana membangun tiga lagi pabrik garmen di Jawa Tengah sehingga totalnya mencapai 7 pabrik berinvestasi total USD 60 juta atau sekitar Rp 810 miliar.
“Kami juga menargetkan ekspansi ke hulu industri tekstil yang memproduksi kain berbahan polyster dan nylon jika ditemukan partner yang cocok,” ujar Anne.
Perusahaan membutuhkan ekspansi ini untuk mengembangkan produk lebih jauh lagi. Jika ini dapat terealisir akan meningkatkan nilai tambah dan mengurangi penggunaan devisa yang sebelumnya dipakai untuk impor bahan baku.
Menperin juga menyempatkan untuk menutup secara resmi Pelatihan Operator Mesin Industri Garmen berbasis kompetensi yang diikuti 300 siswa on site training di dua pabrik Eco Smart Garment Indonesia. Pelatihan SDM ini digelar Balai Diklat Industri Kemenperin yang menerapkan sistem Three in One (3 in 1) yaitu pelatihan, sertifikasi kompetensi dan penempatan kerja. "Seluruh lulusannya akan bekerja di pabrik Eco Smart dan kami meminta agar pelatihan serupa terus dilakukan karena kami membutuhkan tenaga kerja terampil dan kreatif," terang Anne.
Demikian Siaran Pers ini untuk disebarluaskan.
Boyolali, 26 Agustus 2015
Kepala Pusat Komunikasi Publik
Hartono
|